Mahila Asana dari UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
PENGUATAN PERAN KOPERASI PERTANIAN DI ERA MILENIAL MELALUI STRATEGI PUBLIC RELATIONS BERBASIS ICT
Pertanian menjadi salah satu engine dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2023 lalu sektor pertanian menyumbang 12,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sektor pertanian juga mampu menyerap 29,3% tenaga kerja (BPS, 2023). Kondisi ini menunjukkan bahwa pertanian masih menjadi pilar penting dalam pertumbuhan perekonomian nasional.
Meskipun memiliki peran strategis, pembangunan pertanian menghadapi berbagai tantangan, mulai dari produktivitas, sumber daya manusia (SDM) petani, hingga kelembagaan pertanian. Tantangan-tantangan tersebut perlu diatasi dengan pendekatan holistik dan terpadu yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, lembaga akademis, dan masyarakat, untuk mengatasi tantangan ini secara efektif dan berkelanjutan. Dari sisi SDM, sektor pertanian Indonesia juga menghadapi masalah yang serius. Komposisi petani di Indonesia didominasi oleh petani berusia tua, tanpa disertai pergantian generasi muda yang mau terjun ke pertanian (Susilowati, 2016; Arvianti et al, 2019). Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menumbuhkan ketertarikan dan kesiapan generasi muda untuk masuk ke bisnis pertanian, sehingga kelangsungan produksi pangan di masa mendatang dapat terjamin (Budiyoko et al, 2023).
Sementara itu, sistem kelembagaan pertanian di Indonesia juga masih belum efektif, sehingga sering menghambat proses pembangunan pertanian (Sihombing, 2023; Anantayu, et al, 2009; Indraningsih, 2018). Penguatan kelembagaan lokal petani diharapkan mampu membantu petani keluar dari persoalan kesenjangan ekonomi (Anantayu, 2011), dan memperkuat posisi tawar petani (Wahyuni, 2017), sehingga secara tidak langsung dapat mendukung pembangunan pertanian dan pedesaan. Salah satu bentuk kelembagaan petani yang dapat didorong perannya sebagai katalis pembangunan pertanian dan pedesaan adalah koperasi pertanian. Sayangnya, koperasi pertanian di Indonesia dihadapkan pada tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal koperasi pertanian terkait manajemen, kepemimpinan, dan kapasitas pengelolaan yang kurang memadai. Sedangkan tantangan eksternal koperasi pertanian terkait akses terhadap pasar, sumber daya finansial, dan teknologi.
Optimalisasi peran koperasi pertanian, khususnya dalam menggerakan pertumbuhan pertanian dan perekonomian pedesaan, memerlukan terobosan dan strategi yang holistik. Generasi muda yang saat ini mendominasi demografi Indonesia, dapat menjadi aktor utama dalam perubahan ini. Karakteristik mereka yang aktif, kreatif, dan memiliki literasi teknologi yang tinggi dapat menjadi bekal dalam mendorong peran koperasi pertanian. Karya tulis ini akan mengulas strategi penguatan kelembagaan koperasi pertanian, dikaitkan dengan peran generasi muda di dalamnya. Upaya ini menjadi bentuk kontribusi generasi muda dalam menjalin kemitraan sebagai pengejawantahan tujuan 17 dari Sustainable Development Goals (SDGs) dalam memperkuat sektor pertanian, sehingga dapat berperan optimal
dalam mencapai tujuan 1 dan 2 SDGs terkait pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan.
Model pentahelix adalah model pembangunan sosial ekonomi yang mendorong pertumbuhan ekonomi untuk mencapai inovasi melalui kolaborasi dan kemitraan yang menguntungkan diantaranya akademisi, wirausahawan sosial/sektor bisnis, industri, lembaga swadaya masyarakat, sektor masyarakat sipil, pemerintah, dan media komunikasi (Heryadi et al., 2022). Pemerintah Indonesia menerapkan model pentahelix dalam pengembangan berbagai sektor pembangunan (Darmawan, 2020), karena stakeholders pentahelix memiliki unsur-unsur penting yang dapat memberi peran dan berpengaruh besar dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan.
Model kolaborasi pentahelix sangat berguna untuk mengelola kompleksitas berbasis aktor. Hubungan yang erat, saling menunjang dan simbiosis mutualisme antara kelima aktor tersebut diharapkan menjadi penggerak tumbuhnya industri kreatif yang berkesinambungan. Daniella (2023) mengungkapkan bahwa Pentahelix memiliki rumus ABCGM yaitu Academician, Business, Community, Government, dan Media dalam rangka mencapai tujuan. Kunci utama kesuksesan model kolaborasi pentahelix adalah adanya sinergi dan komitmen yang kuat antar pemangku kepentingan dalam menjalankan tugas dan bertanggung jawab pada tugasnya. Model pentahelix dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Pentahelix
Menurut Sopacua & Primandaru (2020), bisnis/perusahaan adalah organisasi yang memasok barang atau jasa bagi konsumen. Terbentuk untuk memperoleh keuntungan dan memajukan kesejahteraan pemilik, bisnis bisa berupa tunggal, kemitraan, korporasi, atau koperasi. Konsep model pentahelix dalam pengembangan ekonomi berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 2, yang merupakan integrasi sinergis antara lima sektor yang saling melengkapi. Kelima sektor tersebut adalah (A) Akademisi, (B) Swasta atau industri, (C) Komunitas
(Petani), (G) Pemerintah, dan (M) Media. Aktor-aktor tersebut memiliki peranan penting dalam pengembangan sektor pertanian (Nugraha dan Nurani, 2018). Model ini menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan inovasi yang berdaya saing. Dengan mendorong interaksi aktif di antara kelima sektor ini, pentahelix bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan (Indra, 2022).
Gambar 2. Konsep Model Pentahelix dalam Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan (Muhyi et al., 2017)
Strategi public relations (PR) berbasis information and communication technology (ICT) mengacu pada pendekatan komunikasi yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi modern untuk membangun hubungan yang kuat antara organisasi dan publiknya. PR merupakan manajemen hubungan antara suatu organisasi atau komunitas dengan pihak publiknya. Menurut Winarto et al. (2023) konsep dasar PR melibatkan upaya untuk dapat membangun, memelihara, dan memperkuat citra positif sebuah organisasi di mata publiknya. Konsep PR juga mencakup prinsip transparansi, integritas, dan keterbukaan dalam komunikasi organisasi.
Karya tulis ini berupaya memotret current condition dari kelembagaan koperasi pertanian dengan mengambil kasus di KPJMI Sumbang. Potret tersebut kemudian akan dianalisis untuk memperoleh strategi pengembangan kelembagaan koperasi pertanian. Strategi tersebut mengedepankan zillenial sebagai aktor utamanya, khususnya melalui pemanfaatan media, khususnya media sosial. Keterlibatan dan kontribusi zillenial dalam penguatan kelembagaan koperasi pertanian diharapkan dapat menghidupkan geliat koperasi pertanian di pedesaan, serta menarik minat generasi muda untuk berkecimpung dalam bisnis pertanian. Kerangka berpikir dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Berpikir Penyusunan Karya Tulis
Upaya penguatan kelembagaan koperasi pertanian tidak mungkin dapat dilakukan tanpa campur tangan stakeholder, seperti akademisi, swasta atau industri, komunitas (petani), pemerintah, dan media. Kerjasama ini berperan untuk mengoptimalkan potensi sektor pertanian. Penguatan koperasi pertanian dari hasil identifikasi menggunakan Model Pentahelix, yaitu melibatkan akademisi, swasta atau industri, komunitas (petani), pemerintah, dan media massa. Gambar 4. menyajikan pola integrasi dan sinergitas dari lima yang terkait dalam pengembangan kelembagaan koperasi KPJMI. Kelima sektor ini membentuk suatu kolaborasi kerjasama yang saling terkait untuk mewujudkan pengembangan koperasi pertanian. Dalam model tersebut, koperasi pertanian (dalam hal ini KPJMI) menjadi aktor utamanya.
Gambar 4. Model Kolaborasi Pentahelix sebagai Penguatan Kelembagaan Koperasi (Studi Kasus pada KPJMI)
Komponen pertama pada kolaborasi pentahelix adalah dukungan dan peran serta pihak akademisi. Akademisi menyumbangkan keahlian mereka dalam penyediaan pengetahuan dan penelitian yang relevan dalam mengatasi tantangan serta masalah yang dihadapi oleh koperasi pertanian, seperti produktivitas, keberlanjutan lingkungan, atau dalam hal strategi pemasaran. Akademisi yang telah berkolaborasi dengan KPJMI adalah Universitas Jenderal Soedirman dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dengan langkah tersebut secara tidak langsung akademisi juga dapat memfasilitasi kolaborasi antara koperasi, institusi pendidikan, pemerintah, dan sektor lainnya dalam rangka memperluas jaringan dan memperkuat sinergi untuk mencapai tujuan bersama dalam pengembangan pertanian berkelanjutan.
Komponen kedua dalam kolaborasi KPJMI adalah pihak swasta atau industri. Peranan pihak ini yaitu memfasilitasi akses koperasi dalam hal pemasaran produk hasil pertanian. Aktor swasta atau industri yang telah bekerjasama dengan KPJMI adalah CV Swam Farm, CV Tunas Agro, PT Agrosida Selaras Bersama, dan Lembaga Pengelola Dana Bergilir. Kerjasama dengan CV Swam Farm terkait aktivitas pemasaran, distribusi, dan promosi produk hasil pertanian dari koperasi, sehingga membantu. Selanjutnya KPJMI juga berkolaborasi dengan PT Agrosida Selaras Bersama dalam penyediaan alat dan mesin yang dibutuhkan oleh para petani mitra KPJMI, serta menjadi pihak yang membantu dalam memberikan penyuluhan kepada petani terkait metode budidaya ramah lingkungan.
Komponen ketiga adalah aktor dari kelompok masyarakat atau organisasi masyarakat sipil (OMS) yang telah menjalin kerjasama dengan KPJMI adalah kelompok tani Harapan Makmur, Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM), dan UMKM Yonah Mansari. Aktor tersebut memiliki peran krusial dalam memperkuat ekosistem pertanian yang inklusif dan berkelanjutan. Pihak komunitas menjadi elemen utama bagi koperasi karena mereka mewakili kepentingan petani dan pelaku usaha kecil dalam produksi pertanian. Sedangkan komunitas JATAM lebih berfokus dalam memberikan akses melalui jejaringnya untuk memasarkan produk KPJMI secara langsung di acara dan kegiatan mereka selenggarakan. Selanjutnya, kelompok tani dari Gapoktan Harapan Makmur berperan krusial dalam mendukung aktivitas budidaya produk unggulan KPJMI.
Pemerintah menjadi komponen keempat dalam model kolaborasi pentahelix yang memiliki peran dalam penyusun kebijakan dan regulasi bagi koperasi. KPJMI telah menjalin kolaborasi dengan beberapa organisasi perangkat daerah (OPD), diantaranya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan memiliki peran sentral dalam mendukung dan menyediakan layanan konsultasi, bimbingan teknis, dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas manajerial dan teknis anggota koperasi.
Selanjutnya komponen yang harus terintegrasi dalam program pengembangan koperasi pertanian ini adalah media massa khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Peran dan kerjasama media masih sangat kurang dalam pengembangan Koperasi KPJMI. Sejauh ini KPJMI belum memiliki kerjasama dengan media. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan juga tidak pernah tersentuh atau diliput oleh media. Hal ini sangat disayangkan, mengingat media
memiliki peran penting dalam membangkitkan perhatian, memprovokasi aksi, menunjukkan komitmen dan dukungan (Yuningsih et al., 2019). Dengan demikian, melalui optimalisasi peran zillenial dalam memanfaatkan media sosial khususnya dalam menyebarkan informasi terkait koperasi pertanian ataupun potensi pertanian, diharapkan dapat mengubah mindset anak muda tentang bisnis pertanian, dan meningkatkan minat mereka untuk terjun ke bisnis pertanian.
Salah satu upaya untuk memperkuat kelembagaan koperasi pertanian adalah dengan melibatkan generasi zillenial yang inovatif dan memiliki literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang tinggi. Dalam konteks koperasi KPJMI, peran zillenial dalam pengelolaan media diharapkan dapat berdampak positif dalam memperkuat kelembagaan koperasi pertanian, mengaktifkan sel-sel dalam tubuh koperasi yang belum aktif atau dorman, serta mengoptimalkan potensinya.
Terkait absennya peran media dalam model kelembagaan pentahelix di Koperasi KPJMI, zillenial dapat diarahkan untuk mengisi ruang ini, salah satunya melalui aktivitas public relaltions (PR) berbasis ICT. Aktivitas ini diharapkan dapat meningkatkan minat zillenial untuk terlibat aktif pada aktivitas sektor pertanian dan mengefektifkan peran lembaga koperasi pertanian dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya pada tujuan 1 dan 2. Secara lebih spesifik, strategi PR berbasis ICT untuk memperkuat kelembagaan koperasi pertanian adalah dengan,
(1) Membangun branding dan identitas digital menjadi strategi yang penting dalam memperkuat keterlibatan zillenial dalam koperasi pertanian. Koperasi pertanian dapat membangun situs web yang menarik dan responsif yang mencerminkan identitas dan nilai-nilai koperasi;
(2) Membentuk komunitas online untuk wadah bagi zillenal saling terhubung, kolaborasi ide inovasi, berbagi pengalaman, dan mendiskusikan topik-topik pertanian;
(3) Memproduksi konten multimedia seperti video, infografis, dan gambar dapat menyampaikan informasi tentang pertanian dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh zillenial yang terbiasa dengan teknologi digital. Menurut Abdullah et al. (2023) konten multimedia pada koperasi pertanian dapat memperluas jangkauan dan membangun hubungan lebih dekat dengan Zillenial melalui platform online, seperti media sosial, situs web, dan saluran YouTube;
(4) Menjalin kolaborasi dengan institusi pendidikan dapat memfasilitasi program magang, kunjungan lapangan, pelatihan dan workshop tentang pertanian yang diselenggarakan oleh koperasi pertanian. Melalui kegiatan- kegiatan ini, zillenial dapat memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk terlibat dalam kegiatan pertanian atau menjadi anggota koperasi;
(5) Kampanye dan edukasi digital menjadi strategi yang vital bagi koperasi pertanian dalam meningkatkan minat zillenial terhadap sektor pertanian di Indonesia. Kampanye yang dapat digerakkan, misalnya melalui tagar #Berkarya Bersama: Petani Muda, Masa Depan Indonesia. Kampanye digital lain yang dapat digerakkan adalah dengan mengadakan kompetisi foto atau video terkait inovasi pertanian yang mengajak generasi zillenial untuk
mengembangkan solusi dan ide kreatif serta membuka peluang bagi koperasi pertanian untuk mendapatkan gagasan baru dan mengimplementasikannya dalam praktik nyata mewujudkan pembangunan pertanian yang lebih berkelanjutan dan inklusif di masa depan.
Generasi zillenial yang tumbuh di tengah revolusi dan kemajuan teknologi digital, dapat menjadi game changer dalam pembangunan pertanian Indonesia di masa depan. Dalam konteks penguatan kelembagaan koperasi pertanian, mereka dapat berperan dalam kampanye dan gerakan penguatan sektor pertanian. Engagement dengan media maupun konten media sosial yang dihasilkan oleh zillenial, diharapkan dapat mendukung upaya penguatan kelembagaan koperasi, dikaitkan dengan perannya dalam penyediaan faktor produksi, penyediaan sarana penunjang, dan perluasan akses pasar komoditas pertanian. Hal ini diharapkan dapat mendukung peningkatan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.
Peran zillenial dalam bentuk promosi potensi sektor pertanian dapat mendorong minat generasi muda untuk menggeluti dan mengeksplorasi potensi bisnis pertanian, sehingga dapat menciptakan berbagai peluang baru. Keterlibatan dan kolaborasi zillenial ini juga menjadi langkah nyata kemitraan dan kerjasama para pihak dalam mendukung pencapaian target SDGs, khususnya terkait tujuan 1, 2, dan 17. Selain itu, inisiatif ini menjadi upaya konkrit generasi zillenial untuk memastikan semua pihak terlibat dan no one left behind dalam proses pembangunan pertanian Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anantayu, S. 2011. Kelembagaan Petani: Peran dan Strategi Pengembangan Kapasitasnya. SEPA, 7(2), 102-109.
Anantayu, S., Sumardjo, S., Slamet, M., & Tjitropranoto, P. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Kelembagaan Petani (Kasus di Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Penyuluhan, 5(1). https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v5i1.9803
Arvianti, E.Y., Masyhuri, Waluyati, L.R., Darwanto, D.H. 2019. Gambaran Krisis Petani Muda di Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 8(2).
BPS. 2023. Laju Pertumbuhan PDB Seri 2010 (Persen), 2023. https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTA0IzI=/pertumbuhan-ekonomi triwulan-iv-2023.html
Budiyoko, Rachmah, M.A., Verrysaputro, E.A., Fitriana, Afrianto, W.F. 2023. Don’t stop me now: ageing farmers and its impact on rice farming productivity. Proceeding International Conference on Economy, Management, and Business, 1, 496–502.
Daniella, S. 2023. Kolaborasi Aktor Pentahelix dalam Meningkatkan Jumlah Wisatawan selama Pandemi Covid-19 di Desa Wisata Sumber Agung Kota Bandar Lampung.
Darmawan, A. 2020. Mendukung Pengembangan Kawasan Ekonomi Pariwisata di Provinsi Bangka Belitung: Penerapan Modifikasi Konsep Ekowisata berbasis Pendekatan Pentahelix.
Heryadi, D. Y., Noor, T. I., & Hamdani, J. S. 2022. Implementatif Agribisnis Padi Organik Berkelanjutan Melalui Pendekatan Pentahelix. Jurnal Agribest, 6(1), 1-10.
Indra Jaya, W. 2022. Peluang Kolaborasi Penta Helix bagi Pengembangan Desa Wisata di Provinsi Lampung. JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 7(2), 119-135.
Indraningsih, K.S. 2017. Strategi Diseminasi Inovasi Pertanian Dalam Mendukung Pembangunan Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 2.
Muhyi, HA, Chan, A., Sukoco, I., & Herawaty, T. 2017. Model Kolaborasi Pentahelix dalam Mengembangkan Sentra Industri Unggulan di Kota Bandung. Review Penelitian Bisnis dan Ekonomi Integratif, 6(1), 412–417.
Nugroho, A. D., & Waluyati, L. R. 2018. Upaya memikat generasi muda bekerja pada sektor pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta. JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik UMA, 6(1), 76-95.
Sihombing, Y. 2023. Inovasi Kelembagaan Pertanian dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan. Proceedings Series on Physical & Formal Sciences, 5, 83–90. https://doi.org/10.30595/pspfs.v5i.707
Sopacua, I. O., & Primandaru, N. 2020. Implementasi Quadruple Helix Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Kreatif. Wahana: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, 23(2), 224-238.
Susilowati, S.H. 2016. Fenomena Penuaan Petani dan Berkurangnya Tenaga Kerja Muda serta Implikasinya bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 34(1).
Wahyuni, D. 2017. Penguatan Kelembagaan Petani Menuju Kesejahteraan Petani. Jurnal Kesejahteraan Sosial, 9(17).
Winarto, A., Mahmud, E., & Muadin, A. 2023. Manajemen Humas dalam Membangun Citra Lembaga: Studi Multisitus di STAI Sangatta dan STIPER Sangatta Kutai Timur. Sustainable Jurnal Kajian Mutu Pendidikan, 6(1), 159-169.
Yuningsih, Tri., Darmi, Titi., Sulandari, Susi. 2019. Model Pentahelix dalam PengembanganmPariwisata di Kota Semarang. Journal of Public Sector Innovation, 3(2), 84-93.
Add a Comment